Dam adalah seorang anak yang dididik dan dibesarkan
dengan segala cerita hebat masa muda ayahnya. Tapi dengan semua cerita itulah ,
tumbuh keperibadian yang baik dalam diri Dam. Pengajaran yang sederhana, namun
berdampak sangat besar. Ayah Dam adalah seseorang yang dikenal sebagai pegawai
negeri biasa yang ramah,baik dan tidak pernah berbohong dalam setiap ucapannya.
Hampir seluruh kota tempat mereka tinggal , kenal dengannya.
Dam
sangat mengidolakan ayahnya karena cerita-cerita itu, salah satunya adalah
tentang seorang pemain sepak bola terkenal yang dijuluki “ Sang Kapten”. Ayah
menceritakan bagaimana pekerja kerasnya sang Kapten saat masih kecil, bekerja
menjadi pengantar sup untuk menghidupi keluargannya dan juga terus berlatih
saat ada waktu demi meraih cita-citanya menjadi pemain sepak bola. Dari cerita
itu Dam belajar yang namanya kerja keras.
Di
sekolah, Jarjit (teman sekelas Dam) selalu menggangu Dam. Tapi Dam selalu
berusaha sabar karena Ia ingat bagaimana sabarnya suku Penguasa Angin walaupun
sudah dijajah berates-ratus tahun. Mereka hanya diam agar tidak terjadi
pertumpahan darah. Sampai suatu ketika , mereka berhasil mengusir para penjajah
itu dalam suatu pertandingan yang dimenangkan suku Penguasa Angin. Begitu pula
halnya dengan Dam dan Jarjit, mereka akhirnya berteman karena sebuah
pertandingan, namun kali ini tidak ada sang pemenang.
Hari
berganti menjadi minggu,bulan dan tahun, kini Dam sudah lulus SMP dan ayahnya
mendaftarkannya di sekolah berasrama bernama Akademi Gajah. Dam tiba disana
dengan menaiki kereta api selama 8 jam dari kotanya. Di tahun pertama ini Dam
sering membuat masalah yaitu dengan menonton Piala Dunia beramain-ramai
dikamarnya sehingga Dam dan Retro (teman sekamar Dam) dihukum kepala sekolah.
Juga saat pelajaran tentang gravitasi, mereka merusak alatnya sehingga dihukum
menunggui buah apel jatuh dari pohonnya. Awalnya Dam memang kesal dan bosan
disana, tapi akhirnya Dam memiliki kesenagannya sendiri disana, yaitu
menggambar bangunan sekolah untuk ditunjukkan pada ibunya. Akhirnya Dam pulang
untuk liburan, sepanjang perjalanan Dam membantu seorang ibu untuk mengurus
anak-anaknya.
Selama
dirumah, Dam mengerjakan pekerjaan rumah karena ibunya sakit. Menceritakan
pengalamannya di Akademi Gajah dan juga menunjukkan gambarnya. Mereka juga
merayakan ulang tahun Ibu secara kecil-kecilan. Sampai akhirnya Dam harus
kembali ke Akademi Gajah.
Setelah
liburan kali ini, Dam membuat masalah dengan mengundang teman-temannya ke
kamarnya untuk merayakan ulang tahun Retro. Akhirnya mereka berdua dipanggil
kepala sekolah dan dihukum membersihkan perpustakaan. Retro sangat kesal
sedangkan Dam senang karena bisa melanjutkan gambarnya.
Tingal
beberapa hari menjelang pembebasan hukuman, Dam dikagetkan dengan judul buku
yang sedang dibaca Retro, “Apel Emas Lembah Bukhara”. Dam ingat itu adalah
cerita petualangan ayahnya tentang keindahan lembah Bukhara yang dibangun
selama 100 tahun karena kerusakan yang ditimbulkan oleh penambang liar. Juga
tentang adanya apel emas yang diberikan pada ayahnya.
Karena
hal itu berhari-hari Dam mencari buku lain, dan akhirnya Dam menemukan buku
berjudul Suku Penguasa Angin. Ini membuat Dam semakin penasaran dengan
keaslian cerita ayahnya. Sampai pertanyaan itupun terlontarkan pada liburan Dam
yang kedua. Pertanyaan yang membuat ayahnya tersinggung dan sampai Dam pulang
pun mereka masih dalam keadaan canggung. Liburan kali ini pun Ibu terlihat
semakin kurang sehat.
Selesai
liburan, Dam kembali ke Akademik Gajah dan langsung dihadiahi hukuman untuk
membayar buku perpustakaan yang rusak. Akhirnya Dam bekerja di rumah penduduk
dan banyak temannya yang ikut serta. Dam juga menabung untuk biaya pengobatan
ibunya. Namun pada pagi setelah acara perburuan tim memanah, Dam mendapatkan
kabar bahwa ibunya sakit. Ia langsung membereskan barangnya dan pulang.
Sampai
disana, Dam sangat marah pada ayahnya karena berbohong tentang keadaan ibunya
setahun lalu. Melalui penanganan dokter, Ibu Dam tetap tidak dapat
diselamatkan. Malam itu Dam memutuskan untuk berhenti mempercayai semua cerita
ayahnya.
Sehari
setelah pemakaman ibunya, Dam kembali ke Akademi Gajah. Sekolah itu kosong. Dam
menemui kepala sekolah dan mendapatkan ijazah beserta sertifikat
penghargaannya, Dam juga mendapatkan surat pengantar masuk universitas.
Akhirnya Dam dapat kuliah dengan menggunakan surat itu. Beberapa tahun
kemudian, Dam bertemu dengan Taani (teman SMP Dam), mereka mengobrol dan jadi
sering bertemu. Semakin lama mereka menjadi dekat dan memutuskan untuk menikah
dengan syarat dari Taani, bahwa kelak Ayah bisa tinggal dengan mereka.
Dua
tahun kemudian, lahirlah anak pertama mereka , Zas. Taani sering mengunjungi
Ayah bersama Zas dan lebih sering lagi saat lahirnya anak kedua mereka dua
tahun kemudian , Qon. Saat Zas berusia delapan tahun dan Qon enam tahun,
akhirnya Dam memperbolehkan Ayah tinggal dengan mereka.
Selama
Ayah tinggal dengan mereka, Dam selalu berusaha menjauhkan anak-anaknya dari
segala cerita ayahnya, tapi dilarang Taani. Yang selalu Ayah ceritakan sama
dengan yang diceritakannya pada Dam. Hanya saja kini Ayah menceritakan pemain
sepak bola terkenal pada masa kini “Si Nomor sepuluh” yang baru saja
menelponnya. Sampai suatu hari Dam mengetahui kalau anaknya membolos yang
ternyata karena mencari cerita kakeknya di perpustakaan kota. Dam marah dan
menghukum mereka juga melarang ayahnya bercerita. Saat Dam pergi dinas , Ayah
kembali bercerita hanya saja itu tentang Akademik Gajah dan Ibu Dam. Dam yang
mengetahuinya marah dan di malam hujan itu Ayah memutuskan pergi dari rumah.
Dam kembali keruang kerjanya dan mencari Akademik Gajah namun tidak ditemukan,
ini membuat Dam bingung sampai Dam menuliskan nama ibunya di kolom pencarian
dan keluarlah semua berita tentang ibunya yang ternyata seorang artis saat
masih muda seperti yang di beritahukan semua orang selama ini padanya.
Esok
harinya Ayah dibawa kerumah sakit karena pingsan di pemakaman kota. Setelah
ditangani Ayah sempat siuman dan memanggil Dam. Ayah meminta Dam mendengarkan
cerita terakhinya tentang Danau Para Sufi. Danau Para Sufi adalah danau yang
dibuat oleh ayahnya selama bertahun-tahun untuk mencari tahu definisi dari
kebahagiaan dan akhirnya Ayah mendapatkan jawaban. Definisi kebahagiaan itu
adalah hati yang lapang, jika seseorang memiliki hati yang lapang maka hidup
dalam kesederhanaan pun akan terasa indah dan itulah kebahagiaan. Setelah
bercerita , akhirnya Ayah pergi untuk selama-lamanya. Dan hari itu Dam tahu
bahwa selama ini ibunya bahagia.
Pada
hari pemakaman Ayah Dam, tempat itu dipenuhi hampir seluruh warga kota itu
sendiri. Mereka menyalami Dam dan mengucapkan rasa belasungkawanya. Namun saat
melihat ke langit Dam dikejutkan dengan adanya formasi layang-layang dimusim
hujan seperti ini yang menurut Qon adalah formasi layang-layang suku Penguasa
Angin. Namun yang membuat Dam merasa lebih kaget, bersalah sekaligus
terharu adalah ketika “Sang Kapten” dan “Si Nomor 10” datang dan mengucapkan
rasa sedihnya karena tidak sempat bertemu dengan ayahnya. Dam hanya bisa
terisak mendengarnya. Pagi itu Dam tahu, Ayah bukan pembohong.
Komentar
Posting Komentar